Peristiwa ini mungkin sering terjadi di Indonesia, namun sangat asing dan aneh ketika aku mengalaminya disini. Tepatnya dua hari yang lalu, sepulangnya aku dari Mabes PPI Bristol, di seputaran city centre. Saat itu sedang hujan yang cukup deras, cuaca yang sangat jarang terjadi disini. Tetap ada hujan, namun biasanya hanya rintik-rintik. Berbeda dengan hari itu yang cukup deras.
Dengan membawa payung yang berukuran cukup besar, aku melewati kawasan city centre untuk kembali ke apartemenku di dekat komplek kampus University of Bristol. Aku melangkah dan terus berjalan meski hujan tak sedikitpun menunjukkan tanda akan berhenti. City centre merupakan kawasan pusat perbelanjaan dimana mall dan toko-toko bertebaran, yang juga merupakan tempat-tempat yang harus aku lewati dalam perjalananku pulang saat itu.
Hujan tidak semakin reda, namun sebaliknya semakin luar biasa. Hasilnya, celana dan sepatuku menjadi semakin basah karena payung tak kuasa melindungiku dari derasnya cucuran hujan dari yang sang Maha Pencipta. Aku ingin sekali memutuskan untuk berteduh, namun harus mencari tempat yang pas untuk melindungiku dari percikan hujan yang terus menggaduh. Rasanya tak mungkin ku lanjutkan berjalan, karena jarak menuju apartemenku masih sekitar 10 menitan. Kulihat didepan mataku sebuah toko oriental yang tak begitu besar dibandingkan dengan toko oriental lainnya yang terdapat di Bristol. Tiba-tiba aku teringat bahwa aku butuh untuk membeli tempe karena aku berencana membuat tempe mendoan untuk menu berbuka puasa, dan kebetulan stok tempe di toko oriental didekat apartemenku sedang kosong.
Setelah kulipat payungku, ku letakkan prisai yang melindungiku saat hujan tersebut didepan toko oriental itu. Dengan sedikit tergesa karena kedinginan, aku masuk ke dalam toko oriental tersebut. Aku menuju area penyimpanan bahan makanan beku atau freezer yang ditempatkan agak disudut dan dibelakang ruangan toko tersebut. Kubuka salah satu freezer disudut tersebut, dan syukurlah, masih ada beberapa stok tempe didalamnya. Ku ambil dua buah tempe, tiga buah indomie goreng, juga seikat bayam. Dengan wajah sumringah aku menghampiri kasir dan hendak membayar. "Akhirnya, makan tempe aku hari ini". Aku membatin.
Namun perasaan sumringah itu tiba-tiba hilang melihat selembar kertas tertempel di meja kasir dan bertuliskan "Our card machine is out of service. We accept cash only." Celaka! Aku memang sangat jarang membawa uang tunai, dan hanya membawa kartu debit untuk berbelanja. Untuk lebih meyakinkan, aku bertanya kepada kasir toko tersebut. Dia seorang laki-laki berwajah pure oriental, berusia sekitar 45-50 tahunan. "Excuse me. So you don't accept card, sir?" Tanyaku. "Yes. I am so sorry for this." Jawabnya. Akupun lesu dan lemas. "Gagal deh makan tempe sore ini". Batinku. Dengan berat hati akupun hendak meletakkan kembali barang-barang yang sudah aku ada di tanganku. Namun sebelum itu dia berkata, "But brother, there is a cash point near that shop." Sambil menunjuk arah M&S dibelakangnya yang berjarak sekitar 30 meteran. "I am sorry sir. But it's still raining, I am so lazy to go to that way." Jawabku sedikit kesal karena memang hujan belum berhenti. Semakin kecewa, akupun berjalan kebelakang dan meletakkan kembali indomie ke rak dan tempe kedalam freezer. Tiba-tiba si bapak tersebut mendatangiku dan berkata dengan sangat lembut dan penuh sopan santun, "My friend. If you really need them, you can bring them all and you can pay anytime you pass by. I don't want you going home empty-handed." Tambahnya.
Seakan tak percaya dengan apa yang dia ucapkan, akupun menjawab, "Are you sure, sir? Is it okay for you?". "Yes. you can pay anytime you pass by. It doesn't necessarily need to be today". "But..." belum selesai aku menjawab, dia berkata "I know you are a student. I don't want you to be disappointed because you do not get what you need."
Seakan tak percaya dengan apa yang dia ucapkan, akupun menjawab, "Are you sure, sir? Is it okay for you?". "Yes. you can pay anytime you pass by. It doesn't necessarily need to be today". "But..." belum selesai aku menjawab, dia berkata "I know you are a student. I don't want you to be disappointed because you do not get what you need."
Aku terharu. Dengan berat hati dan tak mengelak akupun bersyukur atas tawaran ini, aku kemudian membawa barang-barang yang aku butuhkan tersebut yang sudah dimasukkan kedalam plastik putih. "This is the recept. Whenever you come here and want to pay, you just show this to me." Pungkasnya. "Yes, sir. Thank you thank you so much for this." Jawabku. "That's alright. This is our mistake. Have a good evening. Enjoy your dinner." Jawabnya.
Aku pun keluar toko tersebut. Ku ambil payungku, ku buka, dan ku berjalan kembali melewati hujan yang belum juga reda. Ditengah guyuran hujan tersebut, aku berkata dalam hati. "Ya Allah. Baik sekali orang itu. Bahkan dia tidak mengenalku. Terus terang aku bukan pelanggan setianya. Akupun sangat jarang ke toko itu, belum tentu sebulan sekali. Namun dia sangat percaya padaku. Seolah dia mengerti aku sedang berpuasa 19 jam, dan sangat mengidamkan tempe untuk berbuka. Ya Allah, berikanlah segala kebaikan hidup untuknya."
Aku sangat tersentuh akan apa yang telah diperbuat oleh pemilik toko tersebut. Dia berbuat baik kepadaku meskipun dia tidak tahu siapa aku, juga tanpa memandang rasku sebagai pendatang di negeri ini. Agama? Aku yakin dia seperti warga Cina lainnya sebagai penganut komunis, namun tak menghalangi niatnya untuk berbuat baik. Meringankan beban orang lain, disaat membutuhkan.
Akan kuingat selalu kebaikan bapak itu. Insya Allah, akan juga menjadikan semangatku untuk berbuat lebih banyak bagi mereka yang membutuhkan. Singkat kata, seseorang tidak perlu beragama untuk berbuat baik. Seseorang hanya butuh menjadi manusia, yang memiliki rasa kemanusiaan. Karena banyak mereka yang mengaku beragama, namun menutup mata ketika melihat mereka yang menderita meminta-minta, bahkan didepan mata mereka.
Chantry Court, Flat 407B, Bristol, UK.
At 03.29 AM
-MyUniversityStory -Motivation
At 03.29 AM
-MyUniversityStory -Motivation
Tidak ada komentar:
Posting Komentar