(Impian yang selalu tercapai)
Tulisan ini saya buat bertujuan untuk menginspirasi dan memotivasi teman-teman semua untuk terus memperjuangkan mimpi-mimpi yang telah kalian inginkan dalam hidup ini.
1. Saya bermimpi saya ingin bisa kuliah setelah lulus SMA. Yah terlihat simpel, namun ini adalah hal yang hampir mustahil saat itu karena bisnis orang tua saya bangkrut, papah saya sakit, dan terlilit banyak hutang. Saya menyaksikkan dimana keluarga saya terlilit banyak hutang, semua aset terjual dan tersita, dan menjadi buronan Debt Collector, bahkan rumah satu-satunya yang kami tempati pun terlelang. Saya dan keluarga pun mengungsi dirumah kakek dan nenek. Keadaan perekonomian keluarga saya pada saat itu benar-benar lebih dari kata berantakan dan carut marut.
Tidak hanya berhenti sampai disitu, penderitaan kembali datang, dan ini mungkin adalah kenyataan yang paling berat. Papah saya kecelakaan di Lintas Timur Lampung, dan membuat dia nyaris lumpuh. Syaraf dibagian pinggang terjepit tulang iga, dan membuat ukuran kakinya hanya sebesar tangan anak kecil. Tambah hancurlah kondisi keluarga saya saat itu. Sudah bangkrut, terlilit hutang, semua aset tersita, dan seorang ayah yg menjadi tulang punggung keluarga saat itu pun tak berdaya. Langit serasa mulai mendekat dan menjepit bumi. Tak ada lagi ruang untuk berharap. Semua terasa gelap.
Saat itu, saya sedang berada dipenghujungjung kelas 12, dan hendak melanjutkan ke perguruan tinggi. Teman-teman satu SMA saya sudah berburu mendaftar ke perguruan tinggi impian mereka masing-masing. Dan saya? Berhayal pun tidak. Memikirkan kondisi keluarga yang sedang carut marut, tak sedikitpun memberanikan diri saya untuk bertindak sama seperti teman-teman saya. Yang ada dalam benak saya adalah untuk menolong orang tua saya memperbaiki kondisi keluarga, dan membuat papa saya sembuh dari kelumpuhannya. Dada saya sesak. Tak ada lagi ruang di dada saya, untuk menampung degupan jantung yang tak terarah, dan jiwa yang selalu resah.
Dengan apa saya harus membantu kondisi keluarga saya? Bekerja kah? Kerja apa? Buruh? Atau TKI? Hutang keluarga saya itu totalnya ratusan juta. Apakah dengan jadi buruh dengan gaji yg untuk makan pun kurang dapat membantu? Saya yakin tidak, mungkin hanya akan menambah beban.
Satu-satunya cara adalah dengan terus kuliah, menjadi sarjana, dan mendapat pekerjaan yang lebih layak. Pertanyaannya, darimana biaya kuliah itu berasal? Ah sudahlah, semua ku pasrahkan kepadaNya.
Teman-temanku, mungkin karena iba melihat keadaanku yang tak dapat melanjutkan kuliah pada saat itu, berinisiatif untuk tetap memaksaku untuk kuliah. Mereka mendaftarkanku di Kampus IAIN Lampung. Mereka berbondong-bondong iuran/sokongan untuk membayarkan uang pendaftaran juga uang daftar ulang beserta uang SPP semesteran saat itu yang berkisar Rp. 750.000. Aku terharu karena memiliki teman seperti mereka yang benar-benar melakukan aksi nyata tanpa berkomunikasi denganku dulu. Akhirnya berkat ketulusan mereka, aku pun dapat kuliah di kampus tersebut.
Apakah masalah selesai? Tidak. Setelah diterima menjadi mahasiswa IAIN Lampung, kini aku bingung tentang dimana aku harus tinggal karena kampung halamanku jauh dari kampusku. Untuk menyewa kamar kos adalah hal yang mustahil karena uang sepeserpun aku tak punya.
Walau terpaksa dan berat hati, aku tetap bersyukur yang kemudian aku akhirnya ditawari untuk tinggal di sebuah ruangan mini berukuran 3x3 meter di sebuah masjid di daerah Sukarame, Bandar Lampung. Ya, saya kemudian menjadi penjaga masjid alias "marbot" agar saya mendapatkan tempat tinggal selama saya kuliah. Tidak hanya saya sendiri disana, saya tinggal bersama 2 orang yang bernasib tidak berbeda dari saya dan berarti ada 3 orang yang tinggal didalam ruangan 3x3 meter tersebut. Logikanya, 1 orang hanya mendapatkan space 1x1 meter dalam ruangan tersebut. Dapat dibayangkan betapa sempitnya ruangan tersebut? Tapi tak apa, ini sudah lebih dari cukup, asalkan aku tak kebasahan dikala hujan, dan kepanasan dikala terik.
Setiap hari, aku harus berjalan kaki sekitar 30 menit untuk berangkat menuju kampusku dari masjid tempat aku tinggal. Lebih dari 1 Km jarak yang harus aku tempuh adalah penyebabnya? Kenapa tidak pakai motor atau naik kendaraan umum? Tentu pertanyaan ini tak perlu aku jawab.
Kampus dan tempat tinggal sudah aku dapatkan. Apakah masalah telah selesai? Belum. Aku masih harus bingung untuk memenuhi kebutuhan hidupku untuk selama kuliah. Aku rasa tak perlu aku jelaskan kenapa. Hal ini memaksaku untuk turun ke jalanan mengadu nasib dengan para pe-loper koran lainnya, yang bertaruh nyawa dari padatnya kendaraan lintas Sumatera untuk bertahan mendapatkan makan untuk hari itu. Kegiatan ini terus aku lakukan di pagi hari sebelum aku berangkat kuliah.
Waktu terus berlalu hingga tak terasa sudah 1 tahun aku kuliah dengan segala keterbatasan yang ada. IPK 3.8 adalah bukti aku tidak main-main dalam kuliahku. Setelah merefleksi diri, aku merenungkan apakah iya aku sanggup untuk menyelesaikan 3 tahun sisa waktu kuliahku dengan keadaan yang "memaksa" seperti ini? Ah, ini tidak mungkin. Di semester-semester berikutnya pengeluaran akan lebih banyak, segala sesuatu akan lebih mahal, SPP kuliah pun akan terus naik. Aku tidak bisa tinggal diam. Aku harus mencari beasiswa yang membiayaiku penuh sampai aku selesai kuliah.
Berbekal sejumlah prestasi yang aku dapatkan dalam bidang Bahasa Inggris baik di tingkat kabupaten/kota, propinsi dan nasional, ku beranikan diri mendaftar di Sampoerna University Jakarta yang menyediakan bantuan pendidikan sampai tamat sarjana dari dan mendapatka uang saku tiap bulannya oleh PSF. Kuliah, juga digaji! Itulah impianku. Aku harus mengalahkan ratusan sainganku, untuk mendapatkan satu tempat sebagai awardee.
Teman-temanku, mungkin karena iba melihat keadaanku yang tak dapat melanjutkan kuliah pada saat itu, berinisiatif untuk tetap memaksaku untuk kuliah. Mereka mendaftarkanku di Kampus IAIN Lampung. Mereka berbondong-bondong iuran/sokongan untuk membayarkan uang pendaftaran juga uang daftar ulang beserta uang SPP semesteran saat itu yang berkisar Rp. 750.000. Aku terharu karena memiliki teman seperti mereka yang benar-benar melakukan aksi nyata tanpa berkomunikasi denganku dulu. Akhirnya berkat ketulusan mereka, aku pun dapat kuliah di kampus tersebut.
Apakah masalah selesai? Tidak. Setelah diterima menjadi mahasiswa IAIN Lampung, kini aku bingung tentang dimana aku harus tinggal karena kampung halamanku jauh dari kampusku. Untuk menyewa kamar kos adalah hal yang mustahil karena uang sepeserpun aku tak punya.
Walau terpaksa dan berat hati, aku tetap bersyukur yang kemudian aku akhirnya ditawari untuk tinggal di sebuah ruangan mini berukuran 3x3 meter di sebuah masjid di daerah Sukarame, Bandar Lampung. Ya, saya kemudian menjadi penjaga masjid alias "marbot" agar saya mendapatkan tempat tinggal selama saya kuliah. Tidak hanya saya sendiri disana, saya tinggal bersama 2 orang yang bernasib tidak berbeda dari saya dan berarti ada 3 orang yang tinggal didalam ruangan 3x3 meter tersebut. Logikanya, 1 orang hanya mendapatkan space 1x1 meter dalam ruangan tersebut. Dapat dibayangkan betapa sempitnya ruangan tersebut? Tapi tak apa, ini sudah lebih dari cukup, asalkan aku tak kebasahan dikala hujan, dan kepanasan dikala terik.
Setiap hari, aku harus berjalan kaki sekitar 30 menit untuk berangkat menuju kampusku dari masjid tempat aku tinggal. Lebih dari 1 Km jarak yang harus aku tempuh adalah penyebabnya? Kenapa tidak pakai motor atau naik kendaraan umum? Tentu pertanyaan ini tak perlu aku jawab.
Kampus dan tempat tinggal sudah aku dapatkan. Apakah masalah telah selesai? Belum. Aku masih harus bingung untuk memenuhi kebutuhan hidupku untuk selama kuliah. Aku rasa tak perlu aku jelaskan kenapa. Hal ini memaksaku untuk turun ke jalanan mengadu nasib dengan para pe-loper koran lainnya, yang bertaruh nyawa dari padatnya kendaraan lintas Sumatera untuk bertahan mendapatkan makan untuk hari itu. Kegiatan ini terus aku lakukan di pagi hari sebelum aku berangkat kuliah.
Waktu terus berlalu hingga tak terasa sudah 1 tahun aku kuliah dengan segala keterbatasan yang ada. IPK 3.8 adalah bukti aku tidak main-main dalam kuliahku. Setelah merefleksi diri, aku merenungkan apakah iya aku sanggup untuk menyelesaikan 3 tahun sisa waktu kuliahku dengan keadaan yang "memaksa" seperti ini? Ah, ini tidak mungkin. Di semester-semester berikutnya pengeluaran akan lebih banyak, segala sesuatu akan lebih mahal, SPP kuliah pun akan terus naik. Aku tidak bisa tinggal diam. Aku harus mencari beasiswa yang membiayaiku penuh sampai aku selesai kuliah.
Berbekal sejumlah prestasi yang aku dapatkan dalam bidang Bahasa Inggris baik di tingkat kabupaten/kota, propinsi dan nasional, ku beranikan diri mendaftar di Sampoerna University Jakarta yang menyediakan bantuan pendidikan sampai tamat sarjana dari dan mendapatka uang saku tiap bulannya oleh PSF. Kuliah, juga digaji! Itulah impianku. Aku harus mengalahkan ratusan sainganku, untuk mendapatkan satu tempat sebagai awardee.
Akhirnya, atas semua kerja keras, airmata bercucuran, derita, dan doa yang terus terucap, saya akhirnya bisa menjadi Sarjana Pendidikan dari Sampoerna University Jakarta dengan mendapatkan bantuan dana berupa Beasiswa dari PSF (Putra Sampoerna Foundation). Terimaksih atas anugerahMu yang tak terduga Tuhan.
2. Saya bermimpi untuk bisa menghasilkan uang sendiri saat saya kuliah di Jakarta. Dikarenakan kondisi keuangan keluarga yang terpuruk, saya dituntut untuk tidak seperti mahasiswa lainnya yakni tidak hanya belajar di kampus. Namun juga harus mencari pekerjaan sampingan untuk membiayai kehidupan di Jakarta yang amat mahal. Alhamdulilah, selama saya kuliah saya dapat kesempatan untuk bekerja sebagai pengajar di perusahaan ternama sebagai trainer Bahasa Inggris. Diantaranya: Bank Indonesia, Dinas Pekerjaan Umum Jakarta, Rumah Sakit Kartini Jakarta, PT. Metro Telkom, dan Mabes Polisi Militer Jakarta.
Alhamdulilah, uang yang saya hasilkan tidak hanya cukup untuk kebutuhan saya, namun saya dapat membantu orang-tua saya melunasi hutangnya yang bernilai ratusan juta rupiah, mengobati papah saya dari kelumpuhan (walaupun sampai saat ini masih belum sembuh), dan membiayai adik saya satu-satunya yang masih sekolah. Allah Maha baik!
3. Saya ingin menjadi seorang pembicara dalam seminar Internasional. Dalam hal ini, saya ingin menunjukkan kemampuan saya dalam melakukan riset-riset yang mendalam dalam bidang pendidikan dan pengajaran, dan mempresentasikannya di depan para akademisi dan professor-professor di forum dunia. Lagi-lagi, setelah melewati penolakan-penolakan terhadap proposal penelitian yang saya buat, Allah mengabulkan doa saya sehingga saya dapat menjadi seorang pembicara dalam seminar internasional yang bernama "TEFLIN International Conference" UI, "CONAPLIN International Conference" di UPI Bandung, dan "UNWTO International Conference" di Saripan Pacific Hotel sebagai interpreter mendampingi ibu menteri pariwisata dan ekonomi kreatif, Mari Eka Pangestu.
4. Saya ingin bekerja/mengajar di "International School". Saya ingin mendapat banyak pengalaman mengajar dengan kurikulum Internasional dan pengalaman mengajar expatriate students dan sekaligus bekerja dengan expatriate colleagues. Dan, Allah pun mengabulkan. Hanya berjarak beberapa minggu setelah ujian sidang skripsi (dan belum wisuda), saya diterima bekerja di Sekolah Victory Plus yang menerapan 2 kurikulum internasional, IB dan Cambridge A Levels.
Selain itu, segala bentuk pengalaman yang terinternasional, alhamdulilah gaji yang saya dapatkan pun berkelas internasional. Oleh karena itu, saya dapat membantu orang tua saya untuk membelikan kembali mereka rumah, membayar sisa hutang-hutang mereka, mengobati terapi papah saya, dan memberikan modal usaha untuk dikelola untuk Mamah saya karena semenjak papah saya sakit Mamah saya menjadi seorang ibu rumah tangga yang merangkap sebagai kepala keluarga. Terimakasih atas rizki yang engkau berikan Tuhan!
5. Ini impian terbesar yang akhirnya saya capai. Yakni menuntut ilmu di Luar Negeri. Sejak kuliah di S1, saya ingin sekali mengikuti students exchange atau kegiatan mahasiswa di luar negeri yang tentunya gratis. Kurang lebih hampir 50 aplikasi dari berbagai program yang saya daftar, 1 pun tidak ada yang tembus alias GAGAL! Mulai dari UGRAD Program, SUSI, IELSP, Model ASEM, PPAN dan buanyak lagi. Namun, dengan hanya satu kata "persistence", akhirnya saya mendapat kesempatan itu. Insya Allah, bulan September tahun ini saya akan resmi menjadi mahasiswa S2 di University of Bristol, United Kingdom dengan mendapat beasiswa BPI-LPDP dari kementrian keuangan Indonesia.
Sebelum akhirnya memilih University of Bristol, saya sebenarnya telah diterima di 7 kampus ternama di Inggris anatara lain: University of Manchester, University of Birmingham, University of Edinburgh, King's College London, University College London, University of Leeds, dan hampir sedikit lagi di University of Oxford.
Saya bangga sekaligus terharu. Penantian panjang berujung manis. :)
6. Impian saya adalah untuk menjadi delegasi Indonesia dalam konferensi pemuda Internasional dunia. Saya ingin menjadi duta Indonesia dalam forum dunia dan membawa nama harum Indonesia dalam kanca Internasional. Saya juga ingin membuktikan bahwa saya ingin berkontribusi dalam pemecahan masalah yang dimiliki Indonesia dengan berdiskusi dan membicarakannya dengan para delegasi dari seluruh dunia. Lagi-lagi, setelah melewati banyak sekali penolakan dan kegagalan, Insya Allah pada tanggal 26-28 Oktober saya akan menjadi delegasi Indonesia pada The 9th UNESCO Youth Forum di Paris, Prancis.
Setelah itu akan dilanjutkan dengan menjadi delegasi Indonesia dalam OpenCon International Conference dengan prestasi telah memberikan dan membuka akses pemuda di Indonesia untuk mendapatkan pendidikan yang layak yang akan dilaksanakan pada bulan November 2015 di Brussels, Belgia. Thank you Allah.
7. Mimpi saya berikutnya adalah, saya ingin menjadi salah satu staff pada badan tertinggi dunia PBB bagian Pendidikan (UNESCO). Saya ingin sekali dapat menjembatani institusi dunia untuk turut memajukan pendidikan juga kebijakan-kebijakan terhadapnya. Selain itu, saya juga ingin menjadi professional teacher trainers yang ditugaskan untuk memberi pelatihan-pelatihan guru-guru yang berada di area terpencil di Indonesia agar memiliki kemampuan pedagogi dan kualitas yang setara dengan guru-guru yang berada di kota. Mudah-mudahan Allah mendengar dan mengijabah, dan saya yakin iya!
Akhir kata, saya hanya ingin berkata bahwa setinggi apapun mimpi kita harus kita perjuangkan. Ketika gagal, bangkit, gagal, bangkit, dan terus seperti itu. Coba lagi, coba lagi. Allah pasti kasihan ketika melihat kita terus berusaha dan berdoa kepadaNya, sehingga Dia pasti mengabulkan. Namun, dengan waktu yang telah ditentukan.
Bermimpilah karena Allah mendengar semua ucapan/pikiranmu.
Bermimpilah karena Allah akan memeluk mimpi-mimpimu.
Terus berjuang walaupun gagal, terus mencoba, karena kita tidak pernah tahu kalau
mungkin kita hanya perlu mencoba sekali lagi, sehingga kita mendapatkan apa yg kita impikan.
LPDP - PK 34
M.Sc in TESOL, University of Bristol
Language Acquisition Teacher
Sekolah Victory Plus
Contact me:
Twitter: @iqbaltrainer
LINE: iqbal2310
Facebook: iqbal_train@ymail.com