Terihitung sejak pertengahan maret 2014, saya mengurangi atau bahkan menghentikan aktifitas penulisan skripsi saya untuk satu tujuan. Yakni mempersiapkan segala sesuatu untuk mengikuti seleksi PPAN (Pertukaran Pemuda Antar Negara) yang di laksanakan oleh Kementrian Pemuda dan Olah Raga Indonesia. Dalam hal ini, para pemuda Indonesia dapat mengikuti seleksi ini di daerah provinsi masing-masing selagi usia yang diminta memenuhi kriteria yang diminta. Saya, adalah salah satu dari sekian pemuda di Indonesia yang juga sangat antusias untuk mengikuti seleksi program ini. Karena KTP saya beralamatkan di Lampung, maka saya pun harus pulang ke Lampung demi mengikuti seleksi ini karena saat ini saya sedang menuntut ilmu di Jakarta.
Oh iya, alasan saya menceritakan kembali momen-momen ini adalah karena untuk meluapkan sedikit perasaan saya karena kegagalan saya mengikuti tes seleksi program ini. Yang berakibat, saya belum bisa move on untuk kembali mengejar target utama saya, yakni menyelesaikan skripsi. Saya sadar, ini bukan semata-mata kesalahan program itu sendiri, melainkan juga kesalahan diri saya yang tidak bisa mengendalikan emosi untuk bisa kembali move on mengerjakan hal-hal penting yang harus saya selesaikan dalam waktu dekat ini. Maka dari itu, saya menuliskan pengalaman saya mengikuti seleksi program ini dengan tujuan utama agar perasaan kecewa saya dapat ikut hanyut bersama huruf demi huruf yang saya tuliskan di blog ini, dan mudah-mudahan setelah selesai menuliskan cerita ini, saya dapat kembali fokus menyelesaikan skripsi saya yang tertunda sudah cukup lama. Amin, :)
Pergi dan belajar ke luar negeri adalah salah satu dari target dari mimpi-mimpi saya yang selalu saya tanamkan di otak saya. Berbagai program telah saya ikuti untuk mewujudkan mimpi saya ini, namun Tuhan masih belum berkehendak untuk mengabulkan mimpi saya ini sekarang. Saya yakin Tuhan punya rencana lain dibalik semua ini. :-)
Berawal dari melihat kakak-kakak tingkat saya yang telah lolos untuk mengikuti program PPAN ini sebelumnya, seperti Grace yang berangkat ke China dan Anais yang berangkat untuk mengikuti program pertukaran pemuda ke Kanada mewakili propinsi masing masing, Jakarta dan Jawa Barat. Ditambah lagi, salah satu sosok inspirator saya sejak SMA, Mas Suprayogi, yang juga berangkat tahun sebelumnya mewakili propinsi Lampung ke ASEAN Jepang. Wah, luar biasa sekali mereka. :)
Mereka pasti sangat bangga sekali karena berhasil mewakili propinsi mereka masing-masing dan menjadi duta negara di negeri orang. Super sekali! Berangkat dari situ, kemudian saya mulai mencari-cari informasi dari web PCMI Lampung dan juga bertanya-tanya dengan Mas Yogi tentang informasi seleksi berikutnya yakni seleksi PPAN tahun 2014.
Beberapa hari kemudian, keluarlah pengumuman untuk pengadaan seleksi pemuda untuk program PPAN tahun 2014. Saya sangat antusias sekali menunggu pengumuman ini. Dan ternyata, Lampung masih kebagian kuota untuk putera, namun hanya ke satu negara, yakni Korea Selatan. Karena tahun 2013, Lampung mendapatkan kuota 4 orang untuk putera dan 1 orang puteri, jadi tahun 2014 diadakan sistim roling dimana putera mendapatkan tempat terbatas. Tak apalah, fikirku. Negara manapun, yang penting bisa ke luar negeri dan menjadi duta negara. Maka dari itu, saya mempersiapkan segala sesuatunya untuk mengikuti seleksi berkas. Setelah saya pahami semua berkas yang diminta, ada 1 berkas yang saya miliki. Yakni sertifikat TOEFL. Padahal, waktu pembukaan pendaftaran sangat terbatas dan juga untuk megeluarkan sertifikat toefl, harus memakan waktu 7 hari kerja. Tentunya, saya grusak grusuk untuk segera tes teofl hari itu juga mengingat waktu pendaftaran yang sangat mepet. Semua lembaga penyelenggara TOEFL ITP saya hubungi. Namun naas, semua lembaga sudah menutup pendaftaran karena saya harus mengikuti test TOEFL keesokan harinya. Jadi, kebanyakan lembaga sudah fullseats. Walhasil, saya menelpon satu lembaga lagi yang sebenarnya sudah menutup pendaftaran online seperti yang tertera di web milik lembaga tersebut. Namun, saya tetap menghubungi nomor telpon yang tertera di web tersebut. Setelah mengeluarkan bahasa-bahasa yang diplomatis, akhirnya pihak admin lembaga mengizinkan saya untuk tes esok hari karena ada 1 seat kosong disebabkan orang tersebut tiba-tiba membatalkan untuk tes di hari itu. Plong! Kemudian keesokan harinya saya mengikuti tes TOEFL ITP, dan hasilnya pun cukup memuaskan untuk seorang pemula meskipun skornya tidak begitu besar. :) Alhamdulilaaahhh
Tidak berhenti sampai disitu, para peserta seleksi diwajibkan untuk menguasai satu atau lebih kesenian daerah Lampung. Seperti tari, musik, lagu, dll. Mati! saya sama sekali buta tentang kesenian Lampung.Setelah berkonsultasi dengan mas Yogi, saya dianjurkan untuk bisa menari. Alahmaaakkk, mana pernah terbayang dalam diri saya untuk bisa menari. Selain itu, tubuh besar saya ini sangat tidak mendukung untuk menjadi seorang penari. Tapi demi lolos seleksi PPAN, saya akan berusaha semaksimal mungkin. Setelah berkas terkumpul lengkap, saya pun mengirimkan dokumen lengkap tersebut ke kantor dispora Lampung melalui jasa TIKI. Sambil menunggu waktu pengumuman seleksi berkas, saya pun mulai latihan menari Bedana. Yakni salah satu tarian daerah Lampung. Pagi, siang, sore, malam, waktu saya habiskan untuk berlatih menari. Satu yang ada di fikiran saya saat itu. Saya pasti bisa! Keberhasilan akan datang bagi seseorang yang mau berusaha melewati batas normal, beyond the limit! Tak tanggung-tanggung, saya pun mengundang teman saya di kampus yang merupakan penari handal, khusus untuk mengajarkan saya gerakan demi gerakan dari tari bedana tersebut, agar setidaknya enak dilihat ketika saya yang membawakan tarian tersebut. Ngos-ngosan! hehe. . .Tapi tak apalah, demi menjadi seorang duta negara, tentunya apapun akan saya lakukan agar saya bisa menari. Dan hasilnya, saya bisa menguasai semua gerakan tari Bedana kreasi tersebut. Fyuhh, perjuangan yang melelahkan untuk bisa menari bagi orang yang memiliki badan besar seperti saya. :')
Hari dimana hasil seleksi berkas diumumkan pun tiba. Setelah membuka website PCMI Lampung, Alhamdulilah, saya lolos untuk seleksi berkas. Malamnya, saya langung berangkat pulang ke Lampung untuk mengikuti seleksi di kantor dispora di Teluk Betung, Bandar Lampung. Saya pun menumpang menginap di rumah orang yang sangat berjasa bagi hidup saya, yakni Rahman. Dia adalah salah satu teman saya dulu pada saat saya masih kuliah di IAIN Lampung. Dia menjadi sang mesiah saya pada saat itu. Tanpa pertolongan dia, saya tidak tahu harus numpang nginap dimana selama saya mengikuti tes di dispora Lampung. Saya tiba di pool Damri Tanjung Karang tepatnya di sebelah stasiun pada pukul 05.00 pagi. Belum ada angkot sepagi itu untuk menuju rumah Rahman. Namun, seperti namanya, Rahman yang berarti pengasih, rela menjemput saya sepagi itu ke pool padahal malamnya dia belum tidur karena seusai menonton sepak bola. Baik sekali dia.:)
Setelah tiba di rumah Rahman, saya pun beristirahat melepaskan lelah karena perjalanan yang cukup melelahkan dari Jakarta-Lampung. Tidak hanya sampai disitu, siangnya, rahman mengantarkan saya keliling B. Lampung untuk mencari tempat penyewaan baju adat. Walaupun tidak diwajibkan oleh panitia seleksi, tapi pakaian adat Lampung ini saya gunakan untuk mendukung performa saya untuk unjuk bakat menari keesokan harinya, yakni pada saat seleksi. Saya yakin, persiapan yang matang adalah 50% dari sebuah keberhasilan. 50% nya lagi adalah usaha kita. Puluhan tempat penyewaan kami datangi, dan akhirnya mendapatkan tempat yang sesuai dengan kantong saya pada saat itu karena ditempat lain sangat mahal tarifnya untuk ukuran saya. Tanpa menunjukkan rasa penyesalan, rahman pun dengan ikhlas mengantarkan saya untuk mengelilingi B, Lampung untuk mendapatkan baju adat tersebut. Dia benar-benar pahlawan bagi saya pada saat itu.
Keesokan harinya, seleksi pun dimulai. Pukul 07.00 pagi saya sudah berada di kantor dispora Lampung. Tentunya, Rahman yang mengantarkan saya pagi pagi sekali. Persiapan saya sangat mantp sekali. Mulai dari baju adat yang sudah saya siapkan, lembaran-lembaran materi untuk tes tertulis, dan juga Speaker aktif yang besarnya se Tas samping merek Simbada turut saya bawa untuk saya gunakan pada saat tes kemampuan seni. 1 tas gendong dan 1 tas samping yang berisi speaker aktif menghiasi diri saya yang persis seperti orang yang akan backpackeran. tes pertama pun akan segera dimulai, yakni tes tertulis. Setelah proses seleksi dibuka secara resmi oleh bapak Kadispora Lampung, seleksi tertulis pun dimulai. Sebelumnya, saya sempat berdecak kagum melihat beberapa panitia seleksi yang merupakan alumni dari program PPAN sebelumnya. Ada Rizkur, Mario, Tiara, dan juga Mas Yogi yang mengenakan Attire mereka masing-masing sebagai tanda bahwa mereka adalah duta Negara yang tahun lalu pernah berangkat ke negara tujuan masing masing. yakni Australia, Malaysia, Kanada, dan ASEAN Jepang. Wah, gagah segali mereka. Sudah terbayangkan oleh saya, ketika saya mengenakan Attire itu, saya pasti akan terlihat gagah sekali. Hal tersebut menambah semangat saya untuk mengikuti seleksi tertulis yang akan segera diumulai.
Tes tertulis pun dimulai. Soal terdiri dari 15 items kalau tidak salah, dan semuanya essay. Dan parahnya, waktu yang diberikan hanya 45 menit. Fyuhh, disini dituntut kecepatan, ketelitian, dan kemampuan untuk mengemas sebuah jawaban yang panjang lebar hanya menjadi beberapa kalimat saja. Saya pun mulai mengerjakan dan menjawab pertanyaan-demi pertanyaan yang tertera di lembar soal tersebut. 45 menit pun berakhir. Semua peserta diharapkan meninggalkan ruangan tes karena tempat akan disterilisasi. Waktu luang ini aku sempatkan untuk berkenalan dengan teman-teman para peserta seleksi PPAN yang lain. Dan isinya, sudah ditebak, yakni mereka-mereka yang selalu eksis di perlombaan B. Inggris dimanapun diselenggarakan di Lampung. Yes, this was a reunion. Ga jauh-jauh dari mereka-mereka lagi. Anak-anak eksis sepanjang masa. Selain mereka, juga berkenalan dengan teman-teman baru dengan latar belakang yang luar biasa. Ada yang Muli Lampun (kayak none nya kalo di jakarta), ada yang seniman, ada yang Komika, ada yang tukang hipmotis, dll. Saya senang ngobrol dan bercerita panjang lebar dengan mereka. Ada juga kebanyakan dari mereka yang sudah mengikuti program seleksi ini sampai 2x, 3x, bahkan ke 4 kalinya. Terlihat sekali jiwa pantang menyerah dari mereka-mereka ini. Dibanding dengan saya yang kali pertama baru mengikuti program ini, tentulah mereka lebih mengerti seluk-beluk program ini dari tes-tes yang mereka ikuti di tahun-tahun sebelumnya. Ah, tak apa. Mengingat hanya akan ada 1 putera dan 3 putri yang diambil lolos program ini, keputusan apa pun harus siap dihadapi, "gumamku". Seperti yang kami semua peserta seleksi duga, pengumuman hasil seleksi tertulis memakan waktu seharian dari pagi sampai magrib. Karena ada 68 peserta dan semua soal tes tertulisnya adalah essay dan berbahasa Inggris. Tentu saja memakan waktu lama. Terlihat wajah-wajah cemas penuh harapan dari seluruh peserta seleksi tentang nasib mereka apakah mereka lolos tes tertulis ini atau pun gugur, karena setiap tahapan tes menggunakan sistim gugur. Dan, jeng jeng jeng. Alhamdulilah saya lolos tes tertulis dan dapat mengikuti tes berikutnya yakni wawancara dan unjuk bakat seni budaya. Bagi mereka yang tidak lolos seleksi tertulis, mereka pun meninggalkan tempat seleksi. Haru sekali disana. Kata-kata semangat pun berhamburan disana saat mereka hendak meninggalkan lokasi tes. Saya pun sedih. Tapi saya pun masih harus berjuang mengikuti tes berikutnya yang sudah di depan mata.
Setelah solat magrib, para peserta seleksi yang tersisa termasuk saya memasuki ruang wawancara yang dibagi pos pos secara bergantian. Saya berada dalam satu grup dengan Rizky dan Ibhul. Di setiap pos kami dilontarkan pertanyaan demi pertanyaan. Kami bertiga pun bergantian menjawab pertanyaan yang dilontarkan panitia. Perdebatan pun tak dapat dihindarkan. Terlihat sekali persaingan diantara saya dan Rizky dalam upaya memberikan jawaban terbaik untuk meyakinkan panitia bahwa kita lah yang terbaik. Perdebatan diantara saya dan Rizky hingga membuat Ibhul mendapatkan sedikit kesempatan untuk berbicara. Hingga saya pun merasa sangat arogan saat itu tidak memberikan celah bagi dia untuk berbicara. Walaupun hakikatnya, kami sedang bersaing mendapatkan 1 kuota untuk putra. Setelah melewati sesi wawancara seputar kepemimpinan, kepribadian, B. Inggris, dan pengetahuan program, para peserta seleksi pun menuju ruang tallent show. Pada giliran saya tiba, saya pun menunjukkan bakat seni yang saya punya seperti yang diminta oleh panitia. Seperti yang sudah saya persiapkan, saya sudah mengenakan pakaian adat Lampung. Dan dugaan saya benar. Saya adalah satu-satunya peserta yang paling lebay karena harus menggunakan pakaian adat pada saat tallent show. Malu sebenarnya. Tapi, saya mempersiapkan ini semua bukan karena untuk sombong. Malainkan untuk menarik perhatian juri, kalau saya sudah mempersiapkan segalanya dengan maksimal. Jadi, ketika nanti saya misalnya gagal, saya tidak terlalu menyesal karena saya sudah mempersiapkan segala sesuatunya. I have done my best! Bismillah.
Tes untuk tallent show baru dimulai sekitar pukul 09.00 malam. Para peserta masih sangat antusias, walaupun terlihat sekali muka-muka yang kelelahan setelah seharian mengikuti serangkaian tes. Giliran saya pun tiba untuk masuk ruangan tallent show. Sebelumnya beberapa pertanyaan tentang beberapa kesenian yang saya bisa lakukan dan saya menjawab beberapa yang saya bisa dan yang tidak saya bisa. Setelah itu mulailah saya menari, bermain gitar, menyanyi, membaca puisi, dan MC. Semuanya saya lakukan dengan maksimal, walaupun saya yakin panitia para juri mungkin mentertawakan saya. Menari yang asal gerak, bernanyi yang asal teriak, bermain gitar yang asal genjreng, baca puisi yang mirip dengan membaca dongeng, dan ngemsi yang seadanya plegak pleguk. Oh Tuhan, saya sadar akan kelemahan saya. Untuk menjadi duta negara tak hanya knowledge yang dibutuhkan, tapi juga keterampilan. Intinya, harus serba bisa.
Sekitar pukul 00.00 malam, barulah tes tallent show selesai. Hari yang sangat-sangat melelahkan. Para calon duta negara sedang diuji ketahanan mental, fisik, dan kesabarannya. Kasihan sekali melihat para pesrta seleksi wanita yang tengah malam masih bernyanyi, menari, bermain alat musik, tanpa lelah. Huh, keren sekali seleksi ini. Pengalaman yang tak kan pernah terlupakan. Kasihan juga melihat para orang tua yang sudah menunggu di luar gedung untuk menjemput anaknya yang kebanyakn wanita sudah dari jam 08.00. Kurang lebih 4 jam mereka sudah menunggu. Terlihat juga pengorbanan dari seorang ayah yang rela menunggu berlama-lama demi anaknya. Dan saya, saya yang nanti akan dijemput oleh sang mesiah saya, Rahman, juga turut bersyukur mengenal sosok sahabat seperti dia.
Tes berikutnya adalah FGD atau Focus Group Discussion. Namun, mengingat waktu yang sudah larut, tidak memungkinkan untuk melanjutkan tes ini. Jika tes ini benar-benar di lanjutkan, kira-kira baru akan selesai jam 05.00 subuh keesokan harinya. Mantap sekali! Akhirnya, bapak Kadispora yang masih mengikuti jalannya rangkaian tes ini hingga larut malam pun, memutuskan untuk membatalkan tes FGD. Dan para peserta seleksi diperbolehkan pulang. Tes FGD akan dimasukkan di kegiatan Regional Training, yang merupakan tes puncak dari tahapan-tahapan seleksi PPAN ini. Pengumuman siapa-siapa saja yang lolos tes wawancara dan tallent show dn berhak mengikuti Regional Training akan diumumkan keesokan harinya pukul 15.00. Peserta seleksi pun dibubarkan. Namun, lagi-lagi ada hal luar biasa yang membuat saya berdecak kagum pada masyarakat Lampung. Yakni kebersamaan dan keperdulian. Setiap peserta diminta oleh Bapak Maryadi, staf dispora sekaligus anggota panitia, untuk pulang bersamaan atau konfoy bagi mereka yang tidak di jemput. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keamanan mengingat hari sudah larut malam. Selain itu, mereka yang berkonfoy kebanyakan yang mengendarai roda 2, peserta laki-laki wajib mengantarkan peserta wanita anggota konfoy yang rumahnya searah sampai di depan rumahnya. Dan sisanya, bagi yang tidak di jemput dan tak pula membawa kendaraan, akan diantar oleh bapak-bapak staff dispora menggunakan mbil pribadi mereka sampai di depan rumah. Saya sungguh terkagum-kagum melihat ini semua. Dibalik tanggapan banyak orang kalau orang Lampung itu kasar dan mau menang sendiri, kini seketika terhapus dari benak saya. Orang Lampung itu baik, perduli, dan mengutamakan kebersamaan. Setelah para peserta meninggalkan kantor dispora, saya pun di jemput oleh Rahman tak lama kemudian yang juga rela belum tidur sampai larut malam demi untuk menunggu saya selesai tes. Saya pun tiba di rumah Rahman dengan selamat dan beristirahat karena kegiatan yang begitu melelahkan seharian dari pagi sampai larut malam.
Keesokan harinya, debar-debar kecemasan terus menyelimuti diri saya. Menanti pengumuman siapa saja yang akan lolos ke Regional Training. Tak henti-hentinya do'a terucap di lisan saya. Agar saya lolos ke tahapan seleksi berikutnya. Pukul 02.15 sore. Saya sudah mulai me reload hingga berkali-kali website PCMI Lampung. Pada saat itu, saya yakin saya dapat lolos ke seleksi Regional Training karena pada tes sebelumnya berjalan lancar tanpa ada hambatan yang berarti. Pukul 15.00 pun tiba.Sekali lagi saya me reload website PCMI Lampung dan tertera daftar nama-nama peserta seleksi yang lolos ke regional training. Setelah saya scrol layar HP saya, ada 12 nama peserta putri dan hanya 3 nama peserta putra. Saya berbahagia karena dari ke 3 nama peserta putra yang lolos, tertera nama Muhammad Iqbal selain nama Rizky dan Ave. Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Setelah melihat nomor peserta, nomornya berbeda dengan nomor peserta saya. Dan ternyata, yang lolos adalah Ibhul, yang memiliki nama sama dengan saya, Muhammad Iqbal. Saya seketika lemas. Sedih. Ingin sekali menangis, tapi air mata tak sanggup menetes karena menangis tak dapat lagi melukiskan kesedihan dan kekecewaan saya pada saat itu. Mangingat kembali persiapan dan pengorbanan saya sebelum dan pada saat tes, rasanya saya tak pantas mendapat kegagalan. Tapi sayangnya, manusia hanya bisa berusaha semaksimal mungkin, Tuhan lah yang memutuskan semuanya. Oh Tuhan, jujur ini berat sekali. Saya terdiam beberapa saat. Tak bicara. Tak berkedip. Hanya diam. Mencoba untuk mengaplikasikan kembali ilmu ikhlas dan sabar.
Setelah agak sedikit tenang, saya kemudian menghubungi orang tua saya, dan berpamitan dengan Rahman dan keluarganya untuk segera pulang ke Jakarta. Tak lupa pula mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mereka yang telah bersedia memberi tempat saya selama berada di Lampung. Dengan berat hati harus pulang ke Jakarta untuk mencoba move on dan kembali berkumpul bersama komunitas dan teman-teman saya di Jakarta dan menyelesaikan tugas akhir saya, SKRIPSI!
Banyak pelajaran yang saya dapat dari mengikuti seleksi program ini, walaupun tahun ini saya masih gagal. Banyak hal dari diri saya yang perlu saya benahi. Dan, semua itu tidak akan berakhir sampai disini. Setelah membenahi apa-apa yang kurang dari diri saya, saya pun akan terus menjadi manusia yang lebih baik lagi sampai saya dianggap pantas ole Allah untuk menjadi perwakilan Lampung menjadi duta negara di tahun berikutnya.
Tidak ada kata gagal dalam hidup saya. Toh, tidak sekali ini saja saya gagal. Dan setelah kegagalan-kegagalan tersebut, Allah selalu menunjukkan kuasanya untuk memberi saya kejutan-kejutan yang tak terduga dibalik semua kegagalan-kegalan tersebut. Yang saya yakini, tidak ada ceritanya Allah tidak mengabulkan do'a hambanya selagi mereka mau berusaha. Ada 3 cara Allah mengabulkan do'a hambanya. Yang pertama kita berdoa dan langung dikabulkan. Yang kedua kita berdoa dan dikabulkan, namun ditunda waktunya. Dan yang ketiga kita berdoa tidak dikabulkan, tapi diganti dengan hal yang lebih baik.
Ada nama Hesty disitu, salah satu peserta yang lolos untuk mewakili Lampung untuk berangkat ke Kanada. Saya salut akan pengorbananya yang terus mencoba sampai 3x namun belum lolos. Dan yang ke 4 kalinya, barulah dia terpilih. Allah tidak akan membiarkan hambanya yang sudah berusaha bersusah payah untuk terus menanggung kegagalan. Akan ada jawaban dan kejutan bagi mereka yang mau berusaha keras tanpa mengenal lelah.
Mudah-mudahan, dengan saya menulis dan berbagi cerita di blog ini, saya akan bisa move on segera untuk menyelesaikan skripsi saya karena saya berharap rasa kecewa saya sudah ikut habis terbawa huruf demi huruf yang saya tuliskan disini. Tulisan ini saya dedikasikan untuk skripsi saya, agar dapat selesai dan sidang sesegera mungkin. Selain itu, mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca blog ini.
"Kemanangan adalah untuk orang-orang yang berjuang. Kemenangan adalah untuk orang-orang yang berdo'a." (-Soundtrack finalist indonesian idol 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar